Jakarta Utara Pos – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengungkapkan sikap tegasnya terkait Gaza dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/10) di sela-sela KTT BRICS ke-16 yang berlangsung di Kazan, Rusia. Dalam diskusinya, Abbas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan pernah meninggalkan Gaza, seraya menyatakan, “Orang-orang Palestina tidak akan pernah meninggalkan Gaza, sama seperti mereka tidak akan pernah meninggalkan Tepi Barat.” Pernyataan ini menegaskan komitmen Palestina untuk tetap berada di tanah air mereka meski dihadapkan pada berbagai tantangan.
Abbas menyoroti tindakan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang ia klaim berusaha mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka. Ia menekankan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat memaksa mereka untuk meninggalkan tanah air. Selain itu, Abbas juga menyatakan bahwa negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania tidak mendukung kebijakan tersebut, dan menekankan bahwa Gaza adalah bagian integral dari negara Palestina.
Dalam pernyataannya, Abbas menyatakan harapannya untuk mengakhiri pendudukan Israel agar rakyat Palestina dapat hidup dalam satu negara yang mencakup Gaza dan Tepi Barat. Ia juga menegaskan bahwa saat ini Palestina hanya menginginkan gencatan senjata yang diharapkan dapat memenuhi tuntutan semua pihak, serta memfasilitasi bantuan kemanusiaan yang mendesak.
Abbas juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Rusia atas dukungannya yang kuat terhadap isu-isu Palestina. Ia menyatakan keyakinan bahwa Rusia memiliki posisi yang konsisten dalam mendukung hak kedaulatan rakyat Palestina untuk mencapai tujuan mereka dan mendirikan negara mereka sendiri.
Menanggapi situasi yang semakin memburuk, Putin menggarisbawahi perlunya menyudahi pertumpahan darah dan memberikan akses kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan. Ia menekankan bahwa perdamaian yang abadi hanya dapat dicapai melalui penyelesaian politik dan diplomatik berdasarkan hukum internasional. Putin mengingatkan bahwa pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat adalah kunci untuk mencapai kedamaian yang aman dan damai dengan Israel.
Kondisi di Gaza semakin parah sejak serangan berkelanjutan Israel, yang dilancarkan setelah serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, tahun lalu. Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 42.800 orang, kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 100.500 orang. Banyak penduduk Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan yang mengakibatkan kekurangan parah dalam akses makanan, air bersih, dan obat-obatan, di tengah blokade yang masih berlangsung.
Keberlanjutan situasi ini mengkhawatirkan, dan dunia internasional terus menyerukan perlunya solusi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk masalah yang telah berlangsung lama ini.
More Stories
Permintaan Maaf Perdana Menteri Thailand atas Pembantaian Tak Bai: 20 Tahun Berlalu
Kebocoran Dokumen Rahasia: Rencana Serangan Israel Terhadap Iran
Serangan Israel di Iran: Fokus pada Target Militer, Bukan Fasilitas Nuklir