Jakarta Utara Pos – Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, telah membahas kebocoran dokumen yang diduga berisi informasi rahasia mengenai rencana serangan balasan Israel terhadap Iran. Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh Pentagon pada Selasa, 22 Oktober, juru bicara Pat Ryder mengonfirmasi bahwa Austin telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengenai isu ini.
Ryder menjelaskan bahwa penyelidikan mengenai kebocoran tersebut baru memasuki tahap awal dan menekankan pentingnya memberikan ruang bagi proses investigasi agar dapat berlangsung secara optimal. Ia menambahkan, “Ini adalah isu yang sangat serius bagi Departemen Pertahanan, terutama terkait dengan keamanan dan perlindungan informasi sensitif.”
Sebelumnya, FBI telah mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki kebocoran dokumen ini dan bekerja sama dengan Departemen Pertahanan serta komunitas intelijen AS untuk menggali lebih dalam. Dokumen-dokumen yang dimaksud, yang dikeluarkan pada tanggal 15 dan 16 Oktober, mulai beredar secara luas setelah dibagikan melalui saluran Telegram Middle East Spectator pada hari Jumat, 18 Oktober. Kebocoran ini diduga berasal dari sumber dalam komunitas intelijen AS.
Salah satu dokumen tersebut, yang tampaknya disusun oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional Departemen Pertahanan, menunjukkan bahwa rencana serangan Israel mencakup pemindahan amunisi. Dalam dokumen itu disebutkan bahwa Angkatan Udara Israel telah melanjutkan operasi penanganan rudal balistik yang diluncurkan dari udara (ALBM), menutup operasi pesawat tanpa awak (UAV), dan melakukan latihan besar yang berlangsung dari 15 hingga 16 Oktober 2024, berdasarkan analisis citra yang ada.
Dokumen ini mencatat bahwa sejak 8 Oktober, Angkatan Udara Israel telah menangani setidaknya 16 ALBM Golden Horizon dan lebih dari 40 ALBM IS02. Penanganan ALBM ini berlanjut di Lapangan Udara Hatzerim hingga 16 Oktober. Dokumen lainnya, yang dihubungkan dengan Badan Keamanan Nasional, merinci latihan Angkatan Udara Israel yang melibatkan rudal udara-ke-darat, yang diyakini merupakan bagian dari persiapan untuk melancarkan serangan terhadap Iran.
Dalam kesempatan berbeda, ketika ditanya oleh wartawan mengenai pemahaman Presiden AS Joe Biden tentang rencana Israel sebagai respons terhadap serangan rudal balistik Iran pada 1 Oktober, Biden menjawab tegas dengan “Ya dan ya.”
Iran sendiri mengklaim bahwa serangan yang mereka lakukan merupakan balasan atas pembunuhan mantan pemimpin politik Hamas di Teheran pada bulan Juli, serta pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut bulan lalu. Dalam serangan tersebut, hampir 200 rudal telah diluncurkan yang mengenai beberapa lokasi di Israel, termasuk fasilitas militer, namun tidak ada laporan mengenai korban jiwa.
Tahun ini, ketegangan antara Tel Aviv dan Teheran semakin meningkat setelah Israel membombardir Kedutaan Besar Iran di Suriah pada 1 April, yang mengakibatkan tewasnya seorang pejabat militer senior. Iran membalas serangan tersebut dua minggu kemudian dengan meluncurkan ratusan drone dan rudal balistik ke Israel. Meski sebagian besar serangan berhasil dicegat oleh Israel, Amerika Serikat, dan sekutunya, situasi ini menunjukkan eskalasi serius dalam ketegangan antara kedua negara.
More Stories
Permintaan Maaf Perdana Menteri Thailand atas Pembantaian Tak Bai: 20 Tahun Berlalu
Serangan Israel di Iran: Fokus pada Target Militer, Bukan Fasilitas Nuklir
Latihan Geladi Tugas Tempur KRI di Tanjung Karang: Meningkatkan Kesiapsiagaan TNI AL