Jakarta Utara Pos – Sebanyak 264 imigran etnis Rohingya yang mendarat di Pantai Seumilang, Desa Alue Bu, Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, telah dipindahkan ke lokasi penampungan sementara di Lapangan Sepak Bola Seuneubok Rawang, Peureulak Timur. Relokasi ini dilakukan pada Senin (6/1), setelah mereka mendarat pada malam sebelumnya, Minggu (5/1) sekitar pukul 22.00 WIB. Proses pemindahan imigran tersebut dilakukan menggunakan lima truk yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.
Menurut keterangan Syamsul Bahri, Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Aceh Timur, imigran yang terdiri dari 117 laki-laki dan 147 perempuan ini telah dipindahkan ke tempat penampungan sementara yang sudah menjadi lokasi bagi imigran Rohingya lainnya. Sebelumnya, sudah ada 137 imigran yang lebih dulu mendarat di daerah Kuala Parek dan Madat, juga di wilayah Aceh Timur.
Proses relokasi ini mendapat pengawalan ketat dari berbagai pihak terkait, termasuk kepolisian, Satpol PP Aceh Timur, serta lembaga internasional seperti International Organization for Migration (IOM) dan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Langkah ini diambil untuk memastikan imigran berada di satu tempat bersama mereka yang telah berada lebih dulu di Aceh Timur, guna memudahkan koordinasi dan pemantauan lebih lanjut.
Dalam pernyataannya, Syamsul Bahri juga menyebutkan bahwa imigran Rohingya tersebut sebelumnya sempat mendarat di Pantai Langkawai, Malaysia. Namun, mereka ditolak oleh otoritas negara jiran tersebut. Abdul Kudus, salah satu imigran yang selamat, menceritakan bahwa mereka sudah berada dalam perjalanan selama 15 hari, mengarungi laut lepas dengan dua kapal motor. Selama perjalanan, 10 orang meninggal dunia akibat kondisi laut yang tidak bersahabat dan kekurangan pangan serta air. Dari 274 orang yang awalnya berangkat, hanya 264 yang tersisa hingga mereka akhirnya mendarat di Aceh Timur.
Abdul Kudus juga menceritakan bagaimana mereka mendapatkan bantuan berupa makanan dan minuman di Malaysia sebelum melanjutkan perjalanan menuju Indonesia. Setelah menempuh perjalanan panjang dan berisiko tinggi, mereka akhirnya terdampar di pesisir Pantai Seumilang, Aceh Timur.
Kepolisian setempat pertama kali mengetahui kedatangan imigran ini melalui laporan seorang nelayan bernama M Tayeub Abu Bakar, yang saat itu sedang mencari ikan di sekitar pantai. Menurutnya, dua kapal motor terlihat bergandengan, berjarak sekitar 200 meter dari bibir pantai. M Tayeub yang merasa curiga segera menghubungi Polsek Peureulak Barat. Tak lama setelah itu, kedua kapal tersebut mendarat, dan para penumpang yang ternyata adalah imigran etnis Rohingya turun dari kapal.
Kapolres Aceh Timur, AKBP Nova Suryandaru, mengungkapkan bahwa penemuan ini merupakan hasil kewaspadaan nelayan yang melaporkan kejadian tersebut segera. Setelah kapal mendarat, para imigran dievakuasi dan segera dipindahkan ke tempat penampungan yang lebih aman.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi arus migrasi ilegal yang semakin meningkat, terutama di wilayah yang rawan menjadi jalur transisi bagi para imigran yang melarikan diri dari kondisi di negara asal mereka. Pemerintah daerah bersama dengan pihak berwenang lainnya kini terus bekerja sama untuk memberikan penanganan yang layak bagi imigran tersebut, sambil menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Aceh Timur.
More Stories
Menaker Yassierli Fokus Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Melalui Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi
Lomba Menulis Khotbah Jumat Sambut Hari Persaudaraan Manusia 2025
Antisipasi Penyebaran PMK di Sumatera Barat, 54 Ribu Dosis Vaksin Ternak Disiapkan